Pak Asep adalah pria berumur 68 tahun yang baru masuk bangsal tempat anda bekerja melalui unit gawat darurat tiga hari yang lalu dengan diagnosis gagal ventrikel kiri yang akut. Satu jam berselang sejak anda mulai dinas, ia mengalami sesak nafas dan mengeluh ada rasa berat yang tidak nyaman pada dadanya. Anda melakukan pengamatan berikut : ·Frekuensi jantung 122 kali permenit dan tidak teratur, ·Frekuensi pernafasan 26 kali permenit, ·Kulit dingin dan lembap, ·SpO2 90 % pada 8 liter oksigen masker wajah sederhana). ·Temperature 37,6 derajat celcius ·Krekels bilateral yang menyebar luas terdengar pada asukultasi dada. ·Tekanan vena juguler (jvp) yang meningkat. ·Nyeri dada dibagian pusat dengan nilai 6/10
1.Mendiskusikan penyebab timbul gejala dan perubahan tanda-tanda vital pada pak Asep a.Frekuensi pernafasan meningkat Peningkatan frekuensi pernafasan terjadi akibat dari tahanan di left atrium (normalnya : 10-12 mmHg), menyebabkan tekanan hidrostatik di paru meningkat melewati 18 mmHg sehingga terjadi transudasi cairan di pembuluh darah paru, hal ini membuat lumen bronkus berkurang, lalu aliran udara terganggu yang membuat pertukaran gas di alveoli terganggu yang akhirnya menyebabkan sesak nafas dan nafas berbunyi saat ekspirasi.
b.Rasa tidak nyaman di dada Hal ini disebabkan penurunan cardiac output (CO) sehingga perfusi coroner juga menurun dan terjadi peningkatan kerja myocardial, hal ini mengakibatkan metabolisme aerob menjadi anaerob yang menghasilkan peningkatan asam laktat sehingga menyebabkan hipoksia
c.Frekuensi jantung meningkat sampai dengan 122 kali permenit dan tidak teratur (normalnya 60-100 kali/menit & teratur) Peningkatan ini disebabkan oleh ventrikel kiri yang gagal dalam memompakan darah ke sirkulasi sistemik untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga darah yang di kirim berkurang, lalu terjadi kompensasi dengan mengaktifkan system syaraf simpatis yang memerintahkan jantung agar mempercepat kerjanya supaya kekurangan di jaringan terpenuhi (Suddart, B, 2002) Peningkatan frekuensi jantung bisa juga akibat dari penurunan volume sekuncup sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan peningkatan curah jantung, frekuensi jantung juga meningkat. (Price, 2006).
d.Kulit lembab dan dingin Pada gagal ventrikel kiri menyebabkan stroke volume menurun sehingga cardiak output dan blood pressure juga menurun yang mengakibatkan perfusi darah ke perifer berkurang sehingga oksigen yang di kirim juga berkurang, karena darah lebih di fokuskan untuk mempertahankan perfusi organ vital seperti jantung dan otak. Berkurangnya perfusi ke perifer, membuat tubuh melakukan kompensasi dengan melakukan vasokontriksi dan peningkatan heart rate, maka terjadilah kulit dingin dan lembab.
e.Temperature 37, 6◦c Peningkatan suhu tubuh yang terjadi sebagai bentuk respon implamatory tubuh (system imunity) akibat adanya cairan dialveoli atau penyebab lain, seperti : lung oedema, myocardial infarction sehingga terjadi peningkatan neurohormonal dengan mengaktivasi suhu tubuh.
f.Peningkatan JVP Gagal jantung kiri menyebabkan peningkatan arteri pulmonal sehingga aliran darah ke pulmonal terganggu, sedangkan tekanan diventrikel kanan semakin meningkat sehingga secara normal tekanan turun dari atrium kanan. Peningkatan tekanan atrium kanan, membuat tekanan dari system aliran vena tidak tertampung baik dari bagian atas maupun bagian bawah, hal inilah yang membuat tekanan vena jugularis meningkat, acites dan perifer edema.
g.Bunyi nafas krekels Bunyi krekels akibat gagal jantung yang berhubungan dengan akibat nyeri ischemia sering mengakibatkan krekels yang secara khas bunyi krekels mula- mula terdengar pada basis akibat efek gravitasi pada kumpulan cairan dan ventilasi pada jaringan tetapi lama-lama bisa berkembang ke seluruh lapangan paru.
h.SpO2 90 % Penurunan kadar SpO2 akibat terjadinya peningkatan cairan di interstitial alveoli dan kapiler yang menyebabkan difusi terganggu.
2.Mendiskusikan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai upaya menghemat curah jantung pada gagal ventrikel kiri yang akut dan pertimbangan mekanisme ini berpengaruh pada suplai dan kebutuhan oksigen miokardial. Mekanisme frank starling Penurunan kontaksi ventrikel kiri menyebabkan isi sekuncup menurun di bandingkan dengan normal dan setiap kenaikan isi sekuncup menuntut kenaikan akhir diastolic dibandingkan normal, penurunan isi sekuncup mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak sempurna sewaktu jantung berkontraksi sehingga volume darah menumpuk dalam ventrikel hal tersebut di atas bekerja sebagai mekanisme konpensasi karena kenaikan beban awal (volume akhir diastolic) merangsang isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi berikutnya yang membantu pengosongan ventrikel kiri yang membesar.
Hipertropi ventrikel Hipertropi Ventrikel ini terjadi akibat stress pada dinding ventrikel yang meningkat, yang disebabkan oleh dilatasi atau beban akhir yang tinggi yang kemudian akan terus terus merangsang pertumbuhan hipertropi ventrikel dan kenaikan masa ventrikel. Peningkatan ketebalan dinding ventrikel adalah suatu mekanisme konpensasi untuk mengurangi stress dinding dan peningkatan masa serabut otot membantu memelihara kekuatan kontraksi ventrikel, hal ini diharapkan dapat meningkatkan cardiac output dan memelihara perfusi jaringan jantung.
Aktifasi neuro hormonal Mekanisme kompensasi ini mencakup system syaraf andrenergik, system rennin angiotensis, dan peningkatan produksi hormone anti diuretic. Ø Mekanisme system saraf andrenergik, kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan curah jantung yang kemudian dirasakan oleh reseptor-reseptor di sinus karotis dan arkus aorta sebagai suatu penurunan perfusi. Reseptor-reseptor ini lalu mengurangi laju pelepasan rangsang sebanding dengan penurunan tekanan darah, rangsangnya dihantarkan melalui saraf cranial IX dan X kepusat pengendalian kardiovaskular di medulla akibatnya arus simpatik kejantung dan sirkulasi perifer meningkat, dan tonus parasimpatis berkurang sehingga terjadi peningkatan debar jantung, peningkatan kontraktilitas ventrikel dan vasokonstriksi pada vena-vena dan arteri sistemik hal ini membantu meningkatkan tekanan pembuluh perifer sehingga membantu memelihara tekanan darah dan menyebabkan aliran darah diredistribusi kea lat-alat vital (jantung dan otak) dan dikurangi kekulit organ-organ splanknik dan ginjal. Sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke miokardial terpenuhi. -System rennin angiotensin, system ini diaktivasi untuk merangsang sekresi rennin dari sel-sel junkstaglomerular untuk melakukan penurunan perfusi arteri renalis sehubungan dengan curah jantung yang rendah, dan rennin bekerja pada angiotensin dalam sirkulasi menjadi angiotensin I yang kemudian diubah dengan cepat oleh enzim pengubah angiotensin menjadi angiotensin II. Sehingga meningkatkan tahanan perifer total dan memelihara tekanan darah sistemik yang pada akhirnya meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan. -Hormone anti diuretic Pada gagal jantung sekresi hormone ini meningkat oleh kelenjar hipofisis posterior, berperan untuk meningkatkan volume intra vaskuler yang meningkatkan curah jantung. Meskipun ketiga mekanisme kompensasi yang sudah diuraikan diatas pada awalnya bermanfaat pada akhirnya dapat membuat keadaan menjadi buruk. Peningkatan volume sirkulasi dan aliran balik vena ke jantung busa memperburuk bendungan pada vascular paru sehingga memperberat keluhan akibat kongesti paru. Peninggian tahanan arteriol meningkatkan beban akhir dimana jantung yang sudah payah harus berkontraksi, sehingga pada akhirnya isi sekuncup dan curah jantung menjadi lebih berkurang. Oleh karena itu maka terapi dengan obat-obatan harus disesuaikan untuk meringankan mekanisme kompensasi neurohormonal ini. → Mengidentifikasi dua intervensi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi kebutuhan oksigen pada kasus diatas, jelaskan mekanisme kerja untuk tiap intervensi yang diidentifikasi. Tata laksana gagal jantung didasarkan pada usaha untuk menentukan diagnosis yang tepat, menyingkirkan kelainan yang menyerupai gagal jantung, sambil memberikan pengobatan untuk mengurangi keluhan. Tindakan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada berbagai aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyebab, faktor pencetus dan kelainan yang mendasari. Intervensi pertama yang harus dilakukan pada gagal jantung adalah tirah baring dengan posisi semi fowler untuk mengurangi beban kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah, dengan berbaring akan merangsang diuresis karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernafasan, frekuensi jantung menurun yang akan memperpanjang periode diastole pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung. (Suddarth. B, 2002) tirah baring dengan posisi semi fowler akan menurunkan aliran balik vena ke jantung dan paru berkurang, mempermudah ekspansi pada paru sehingga memudahkan dalam oksigenisasi. Dalam tirah baring lakukan perubahan posisi tiap dua jam, dan latihan tungkai untuk memperbaiki tonus otot sehingga membantu aliran balik vena ke jantung. Intervensi yang kedua adalah dengan meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis serta menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat. Karena diuretic adalah dasar farmakologis gagal jantung dengan pemberian terapi tersebut akan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung, meningkatkan curah jantung, menurunakan vena dan volume darah serta dengan diuretik akan meningkatkan diuresis yang mengeluarkan cairan dan mengurangi edema pulmonary, diuretic diberikan juga untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal dan sangat penting agar dapat mendilatasi vena sehingga meningkatkan kapasitas vena yang akhirnya akan mengurangi preload yaitu darah vena yang akan kembali ke jantung. Terapi farmako lainnya adalah glikosida jantung dan vasodilator, glikosida jantung ini disebut juga yang mempunyai cara kerja sebagai berikut, kerja inotropik positip yaitu meningkatkan kontraksi moikardium jantung yang kedua adlah kerja kronotropik negative yaitu memperlambat denyut jantung yang ketiga adalah dromotropik negative mengurangi hantaran sel-sel jantung pemberian obat golongan ini diharapkan dapat meningkatkan kontraktilitas miokardium sehingga meningkatkan kerja jantung, perifer, dan ginjal dengan meningkatkan curah jantung, mengurangi preload, memperbaikialiran darah perifer dan ginjal mengurangi edema, dan meningkatkan ekskresi cairan. Pemberian vasodilaror sangat penting diberikan karena untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan oleh ventrikel, memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventikel kiri dapat diturunkan dan penurunan kongesi paru dapat dicapai. Dalam pemberian terapi yang harus diperhatikan dari perawat adalah pasien diawasi dengan tepat dan dosis harian juga harus tepat sesuai dengan batas jumlah obat yang dapat dimetabolisme dan ekskresi. Pantau adanya gejala-gejala seperti perubahan irama jantung, bradikardi dan takikardi. Dalam pemberian diuresis pada pagi hari agar tidak mengganggu istirahat pasien, catat intake dan output dan lakukan pemeriksaan elektrolit berkala untuk observasi adanya hipokalemia dan hiponatremia.
→ Edema pulmoner yang terjadi akibat gagal ventrikel kiri akan memengaruhi hubungan antara perfusi dan ventilasi serta berdampak pada perfusi organ akhir perifer. Mekanisme terjadinya edema pulmoner diakibatkan karena peningkatan tekanan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan vena pulmonal yang meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang mengakibatkan cairan berembes keluar yang kemudian mengakibatkan ketidakmampuan ventrikel kiri untuk memompa atau tidak lagi mampu mempertahankan zat yang terkandung didalamnya. Cairan mula-mula serosa dan kemudian mengandung darah lolos kejaringan alveoli disekitarnya melalui hubungan antara bronkioli dan bronchi, cairan ini kemudian bercampur dengan udara dan terkocok selama pernafasan dan dikeluarkan melalui mulut dan hidung. Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan paru tidak dapat mengembang dan udara tidak dapat masuk akibatnya adalah hipoksia dan dapat juga mengakibatkan hipoksia pada jaringan perifer dikarenakan terjadinya penurunan curah jantung sehingga suplai darah kejaringan menurun hal tersebut akibat dari peningkatan suplai darah ke organ vital seperti jantung dan otak. Sehingga kompensasi vasokontriksi pada perifer yang dapat mengakibatkan kulit lembab dingin karena sianosis. - penyebab umum dari pulmonary edema adalah gagal jantung ketika ventrikel kiri gagal memompa darah keseluruh tubuh akan meyebabkan tekanan pengisian kepada ventrikel kiri meningkat dan menyebabkan peningkatkan tekanan hidrostatik kapileri pulmonal yang dapat mengakibatkan pengeluaran tekanan onkotik yang menyebabkant cairan keluar keruang interstisial ( ruangan didalam alveolar septum diantara alveolus dan kapileri) apabila cairan ini keluar kekapilaris maka akan menyebabkan pulmonary edema.
PENERAPAN TELENURSING ( PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN JARAK JAUH ) MENJELANG INDONESIA SEHAT 2010
SOPIAN HADI 50220060023
SCHOOL OF NURSING UNIVERSITAS PELITA HARAPAN KARAWACI 2008
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, keperawatan sebagai sebuah profesi di tuntut untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dengan pelayanan yang cepat, efisien dan efektif dan mengedepankan perkembangan kemajuan teknologi informasi kesehatan, karena keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya pembangunan nasional. Apalagi di tengah persaingan pada era globalisasi, sumber daya manusia yang sehat sangat menunjang keberhasilan program pelayanan kesehatan dan mendorong peningkatan produktifitas dan pendapatan peduduk. Untuk mencapai itu semua masyarakat dapat mempergunakan teknologi yang banyak digunakan masyarakat saat ini yaitu internet. Apalagi pengguna internet di Indonesia semakin banyak, menurut data Aliansi Jurnalis Independent Indonesia (AAJII), akhir tahun 2007 diperkirakan mencapai 30 juta juta pengguna dan pada tahun 2010 bisa mencapai angka 57,8 juta pengguna, sebuah angka yang fantastis. Disamping itu juga menurut depkes (1999) visi Indonesia sehat 2010 yang telah dirumuskan adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang maju di tandai dengan penduduknya hidup dan berprilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan adil serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.(Martono, N, 2006) Penggunaan teknologi internet banyak memberikan keuntungan, salah satu manfaat internet yang dapat digunakan, adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh). Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaaan teknologi informasi dan telkomunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. (International Council of Nurses, 2001)
B.Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dari pada paper ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi mata ajaran Professional Issue in Nursing dan alasan penulis memilih judul Telenursing adalah karena tertariknya penulis pada judul diatas dengan mengacu pada tingginya angka pengguna internet di Indonesia serta usaha untuk mencapai visi Dep Kes tahun 1999 tentang Indonesia sehat 2010.
BAB II PEMBAHASAN
Kemajuan didalam bidang teknologi informasi dan telekomunikasi adalah pelayanan revolusi pendidikan global, termasuk kemajuan pelayanan keperawatan. Peningkatan pelayanan keperawatan tidak lepas dari kemajuan teknologi. Tetapi apakah peningkatan pelayanan keperawatan melalui transmisi elektronik mengangkat praktik dari pada keperawatan? Atau praktik keperawatan hanya terjadi bila mana menggambarkan kontak fisik dari pasien? Penulis mencoba membahas tentang salah satu praktik yang menggunakan teknologi telekomunikasi yaitu telenursing ( pelayanan asuhan keperawata jarak jauh).
A.Telenursing dan defenisi a.Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikaasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien dengan menggunakan gelombang elektromagnetik ( gelombang magnetic, radio, dan optic) dalam mentransmisi sinyal komunikasi suara, data dan video, atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik dan optic antara manusia dan atau computer. ( international council of nursing, 2001) b.Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan, dimana ada jarak yang jauh secara fisik antar perawat dan pasien atau antara beberapa perawat sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkecil dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (Martono N, 2007). c.Telenursing adalah component dari telehealth, aplikasi dari teknologi informasi dan telkomunikasi untuk diagnostic dan pelayanan pengobatan, pendidikan pelayanan pendukung dan organisasi dan manajemen dari pelayanan kesehatan termasuk manajemen informasi kesehatan dan decision support systems. (Australian Nursing & Midwifery Council, 2002) d.National council of state boards of nursing mendefinisikan telenursing sebagai pemberian praktik dari keperawatan jarak jauh dengan menggunakan teknologi telekomunikasi. e.Sedangkan kesimpulan menurut penulis, telenursing adalah bagian dari pelayanan kesehatan dimana ada jarak yang jauh antara pasien dan perawat dan berhubungan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (internet, telephone, video conference, dll) didalam memberikan asuhan keperawatan.
B.Aplikasi telenursing di praktek keperawatan Perkembangan telenursing dibanyak negara, saat ini sangat pesat, hal ini dampak dari mahalnya biaya pelayanan kesehatan, jarak yang jauh dengan pelayanan kesehatan, penyakit kronis yang memerlukan perawatan lama serta lanjut usia serta penyebaran pelayanan kesehatan yang tidak merata. Sama halnya telemedicine yang telah luas perkembnangannya di beberapa negara maju, telenursing juga telah lama di terapkan di beberapa negara seperti Amerika serikat, Canada , Australia dan inggris. Pada tahun 1999 pengembangan telenursing di Amerika serikat telah dianjurkan oleh (American Nurses Association), di mana AS merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan tenaga perawat untuk pasien rawat inap di rumah (home care), dimana 36% peningkatan kebutuhan tenaga perawat home care dalam 7 tahun mendatang dapat ditanggulangi dengan telenursing, sedangkan di Inggris 15% pasien yang dirawat inap dirumah (home care) memerlukan teknologi telekomunikasi dan hasil study menunjukkan sejumlah negara di eropa sebagian besar pasiennya mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan menggunakan telenursing, dengan cara perawat secara rutin dapat menggunakan videp conference, internet untuk merawat pasien dengan tirah baring, penyakit kronik (chronic obstruktif pulmonary diseases) dan pasien post operasi yang memerlukan perawatan luka, seperti tracheostomy dan ostomi, dan dalam keadaan normal, perawat hanya mampu merawat 5 sampai 7 orang, meningkat menjadi 12-16 orang dengan memanfaatkan fasilitas telenursing. (Martono, N. 2006). Selain penerapan di rumah, telenursing juga dapat di terapkan di rumah sakit dengan mengurangi kedatangan pasien di ruang unit gawat darurat, penerapan lain adalah model hotline/call centre yang dikelola oleh organisasi profesi keperawatan untuk mentriage pasien dan di terapkan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan / telekonsultasi keperawatan dan membantu dokter dalam mengimplementasikan tindakan medis. Di AS, penerapan telenursing di rumah merupakan bentuk aplikasi yang sangat pesat, dengan telenursing perawat dapat memonitor tekanan darah, kadar gula darah serta tanda-tanda vital pasien, sedangkan media konsultasi yang dapat di gunakan adalah videoconference, dengan demikian pasien dapat berkonsulatsi tentang cara mengukur tekanan darah, mengatur posisi pasien seperti posisi duduk atau setengah duduk.
C.Telenursing dan keuntungannya Melihat penerapannya di lapangan, telenursing memberikan keuntungan seperti efektif dan efisiensi dari segi pembiayaan karena masa rawat inap yang singkat atau pasien tidak perlu lagi datang ke rumah sakit, poliklinik dan dokter karena telenursing dapat menjangkau wilayah yang sangat luas tanpa batas geografis dan cocok untuk bangsa Indonesia yang luas serta terdiri dari beribu - ribu pulau dari sabang sampai merauke. Telenursing juga dapat di gunakan di bidang pendidikan keperawatan (model pembelajaran jarak jauh) yaitu melalui video conference online learning, pembelajaran multimedia jarak jauh. Tetapi di Indonesia belum berkembang seperti di negara - negara maju seperti Amerika dan Australia, baru Universitas Gajah Mada yang menerapkan model pembelajaaran jarak jauh ini yaitu melalui E-learning yang ada disemua fakultas, sebagai contoh : perawatan luka bisa dilihat di e-lisa UGD dengan terlebih dahulu menjadi anggota http://elisa.ugm.ac.id/comm_view.php? kebutuhan_dasar_man, atau model pembelajaran keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan UPN Veteran Jakarta melalui http://www.belajarakeperawatan.com/. (Martono. N, 2006). Keuntungan lain penggunaan telenursing adalah menghindari kontak langsung dengan pasien sehingga dapat meminimalkan resiko infeksi nasokomial, karena seperti kita ketahui sekarang banyak penyakit menular yang penularannya sangat cepat dan mudah melaui kontak langsung yaitu salah satunya hepatitis C. Bagaimana dengan home care? walaupun home care di Indonesia belum menggunakan telenursing tetapi hanya melalui kunjungan rumah dalam arti kata perawat akan mendatangi rumah pasien untuk dilakukan perawatan langsung dan tidak menggunakan teknologi canggih, media yang digunakan hanya telepon, hal ini biasa penulis lakukan yaitu setelah ada permintaan baik dari rumah sakit maupun dari permintaan pasien langsung untuk dilakukan perawatan dirumah, anggap contohnya perawatan luka gangren diabetikum, secara rutin penulis akan melakukan perawatan luka satu kali sehari sampai dengan luka sembuh. Menurut penulis home care seperti ini bisa di kembangkan menjadi pelayanan jarak jauh (telenursing), apalagi sekarang di Indonesia ada fasilitas telepon 3G yang dapat menampilkan gambar pada saat terjadinya percakapan walaupun gambar yang di sajikan dalam ukuran kecil dan kurang jelas, tetapi hal ini bisa di jadikan bahan contoh praktik dari perawatan kesehatan, apalagi sekarang sudah tersedianya fasilitas video conference. Semua ini bisa berjalan jika dapat dukungan dari organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) agar home care yang telah berjalan dapat di tingkatkan lagi menggunakan teknologi yang lebih canggih.
D.Telenursing dan kerugiannya Pengunaan dari pada telenursing harus dipertimbangkan dengan matang, jika di lihat dari segi penyedia layanan (PPNI), penggunaan telenursing memerlukan biaya yang besar karena tidak hanya pengaturan jaringan tetapi juga pelaporan aktual dari jaringan, Sedangkan dari segi penerima layanan (pasien), disamping harus mempunyai dana, juga harus mempunyai keterampilan dan mampu mengoperasikan computer serta ketersediaannya akses jaringan, karena banyak daerah di Indonesia yang belum bisa di jangkau computer/ internet.
E.Telenursing dan isu legalitas, kerahasiaan dan keamaan informasi Dibanyak negara, termasuk negara bagian Amerika serikat, praktek telenursing di larang karena perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki licensi di setiap tindakan dan pasien yang menerima telenursing harus bersifat lokal, ini bertujuan utnuk menghindari malpraktik perawat antar negara bagian, walaupun demikian isu tentang malpraktek telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya, karena didalam memberikan pelayanan keperawatan jarak jauh diperlukan kebijakan dan standar operasional prosedur (SOP), etik dan professionalisme, keamaanan, kerahasiaan pasien untuk tidak mempublikasikan tentang dirinya dan ada jaminan tentang informasi yang diberikan. Apakah asuhan keperawatan jarak jauh tanpa ada sentuhan tangan perawat dan hanya dengan komunikasi telekonference/ videoconference sudah dapat dikatakan asuhan keperawatan yang legal? Menurut pemikiran penulis dalam telenursing perawat tetap menggunakan pengetahuan, skill, pertimbangan dan pemikiran kritis terhadap tindakan yang di berikan dan adanya pengambilan keputusan yang membuat telenursing menjadi legal. Jadi jika telenursing di terapkan di Indonesia dan mendapat legalitas dari organisasi profesi (PPNI), maka ini akan menjadi peluang kerja yang baik bagi perawat, apalagi jika kita melihat data yang diberikan oleh CIA world fact book, pada tahun 2004 saja jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 238,452,952 orang jiwa. (wikipedia, 2004) Demikian pula peningkatan jumlah penguna internet yang begitu pesat, maka tidak mustahil telenursing dapat berkembang dan di terapkan di Indonesia, dengan tujuan agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat mengimbangi perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran menjelang Indonesia sehat 2010.
BAB III KESIMPULAN
Peningkatan pengguna internet di Indonesia yang mencapai angka 30 juta dan diperkirakan pada 2010 mencapai 57,8 juta pengguna serta visi Indonesia sehat 2010 agar masyarakat hidup, berprilaku dan memiliki derajat kesehatan yang tinggi serta dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, maka penerapan telenursing merupakan hal yang mungkin terjadi, karena beberapa negara maju seperti Amerika serikat telenursing telah mendapat legalisasi dari Amerika Nursing Association (ANA) dan telenursing merupakan solusi mengatasi permintaan home care yang mencapai angka 36 % dalam 7 tahun mendatang. (Martono, N. 2006) Telenursing adalah bagian dari pelayananan kesehatan, dimana ada jarak yang jauh antara perawat dan pasien dan asuhan keperawatan diberikan melaui teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu internet, video konference, dan lain-lain. Telenursing dapat diterapkan di rumah seperti home care, rumah sakit dan model online atau call center. Telenursing mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya efektif dan efisiensi dari segi pembiayaan, walaupun tidak lepas dari kerugiannya karena di butuhkan akses/ jaringan, keterampilan menggunakan computer serta materi, dan yang mejadi isu adalah aspek legal, kerahasiaan/ keamanan informasi yang diberikan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
American Nursing Association. (2000). Telehealth : issue for nursing. Retrieved April 01, 2008, from http://www.nursingworld.com/mainmenucategories/HealthPolicyIssues/Report/ANA Principles/NursingStaffing/telehealth.ospx
Australian Nursing Midwifery Council. (2006). Guideline on Nursing. Retrieved February 28, 2008, from http://nursingsa.com/nursing_overseas.php-37k
Freegard, H. (2007). Ethical Practice for health professionals. Australia : Thomson
International Council of Nursing. (2001). International professional standards for telenursing program. Retrieved February 28, 2008, from http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm
Martono, N. (2006). Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) "Alternatif asuhan keperawatan Indonesia menjelang Indonesia sehat 2010". Retrieved February 28, 2008, from http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=news&file=print&sid=71
The National Council of State Boards of Nursing. (2000). Position paper on telenursing: A challenge to regulation. Retrieved February 28, 2008, from http://ppn.sagepub.com/cgi/content/ abstract/1/2/85
Wikipedia. (2004). Daftar negara menurut jumlah penduduk. Retrieved April 07, 2008, from http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
ANALISA PERISTIWA KLINIS PASIEN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL RADIUS KANAN
SOPIAN HADI 50220060023
School of Nursing UPH Karawaci Tangerang 2007
ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR RADIUS
I.PENGERTIAN Fraktur radius adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang radius dan ulna. Fraktur terjadi jika tulang terkena stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. ( Brunner & Suddart).
II.JENIS FRAKTUR a.Fraktur komplit : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran. b.Fraktur tidak komplit : patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang. c.Fraktur tertutup : kulit tidak robek d.Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai kepatahan tulang. e.Greenstick : fraktur dengan salah satu sisi tulang patah, sedangkan sisi yang lain membengkak. f.Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang. g.Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen. h.Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedepan. i.Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (tulang belakang). j.Patologik : terjadi pada tulang oleh ligament tendo atau daerah perlekatannya.
III.ETIOLOGI a. Trauma b. Gerakan pintir mendadak. c. Kontraksi otot extreme d. Keadaan patologik : osteoporosis, neoplasma
IV.PATOFIOLOGI Trauma mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang sehingga terjadi perubahan/ kerusakan jaringan sekitar : terjadi spasme otot, tekanan sumsum tulang belakang lebih tinggi dari kapiler, arteri dan vena terputus yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler menyebabkan perdarahan ( pelepasan histamine dan katekolamin sehingga fungsi plasma hilang dan memobilisasi asam lemak dimana akan terjadi kehilangan volume cairan, edema bergabung dengan trombosit, emboli, penekanan dan penyumbatan pembuluh darah akan terjadi penurunan perfusi jaringan.
1. Pengkajian 1. Pengkajian dokter Tn “A”, umur 14 tahun naik motor menabrak trotoar, sakit pergelangan tangan kanan, nyeri paha, pipi, bibir dan hidung kiri, tidak ada pingsan dan tidak ada amnesia, tidak muntah, pasien ingat kejadian sampai di bawa ke Siloam Hospital Kebon Jeruk Jakarta. TD 110/70 mmHg, HR 75 x/ menit, RR 18 x / menit dan Suhu 36,5 derajat celcius.
2. Pengkajian Perawat Pada tanggal 04 September 2007 sekitar pukul 20.30 wib datang pasien Tn “A”, 14 tahun, agama islam, pelajar saat mengendarai motor menabrak trotoar, saat kejadian pasien pakai helm. Subjektif : o Pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kanan. o Mengeluh nyeri bahu kiri dan paha kiri. o Mengeluh nyeri di dahi, bibir dan hidung kiri. o Mengatakan tidak pingsan, tidak muntah, dapat menceritakan kronologis kejadian.
Objektif : TD 110/70 mmHg, HR 75 kali/ menit, suhu 36 derajat celcius, RR 18 kali/ menit. Keterbatasan gerak, bengkak pergelangan tangan kanan, skala nyeri 6 ( nyeri mengganggu), nyeri bahu /dada kiri atas karena benturan dan nyeri bila di tekan, ekspresi wajah meringis tapi tidak menangis, luka lecet di dahi kiri 2x5 cm, luka robek di bibir atas 3x3 cm di jahit dengan 6 jahitan, luka di hidung 2x1 cm, luka di paha kiri 10x15 cm, pengisian kapiler < 2 detik, nadi bagian distal kuat dan teratur dan tidak ada kesemutan. Glassgow Coma Scale 15, Kekuatan otot tangan dan kaki kiri 5, kaki kanan 5 dan tangan kanan 2 karena ada fraktur di pergelangannya.ECG normal, CT Scan kepala normal, X- ray antebrachi ada fraktur tertutup radius 1/3 distal radius kanan.
Note book : - Seharusnya menurut penulis perlu dilakukan x-ray pada dada kiri atas karena ada bengkak, takut menggerakkan dan sakit bila digerakkan tapi dokter ruangan tidak tahu dan pengkajian mereka kurang, baru setelah saya beritahu mereka melakukan x-ray dan ternyata ada fracture. - Masalah keperawatan yang membuat klien dirawat adalah karena perlu penanganan patah tulang 1/3 distal radius kanan tertutup dimana rencananya dokter orthopedic akan melakukan pemasangan gips, tidak dilakukan operasi karena bentuk luka yang rata.
2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman : nyeri pergelangan tangan kanan berhubungan dengan spasme otot dan terputusnya kontinuitas jaringan tulang. b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan menurunnya aliran darah karena edema berlebihan. c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fractur dan kerusakan rangka neuromusculer.
3. Planning 1. Pemberian analgetik panadol tablet 500 mg R/ untuk mengurangi rasa nyeri. 2. Kaji skala nyeri 0-10 R/ untuk mengetahui skala nyeri dan kebutuhan pemberian analgetik. 3. Observasi tanda-tanda vital R/ hipertensi akibat respon dari nyeri dan hipotensi maupun takikardi akibat dari kehilangan darah. 4. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan pemasangan spalk/ bidai. R/ untuk meminimalkan nyeri dan mengurangi cidera. 5. Anjurkan klien rileks dan menarik nafas panjang bila nyeri datang. R /mengalihkan rasa nyeri dan mengurangi ketegangan. 6. Lakukan kompres dingin selama 24-48 jam pertama. R/ untuk mengurangi edema. 7. Observasi kualitas nadi perifer antar yang sakit dan yang sehat. R/ untuk mengetahui adanya cedera vascular. 8. Kaji aliran kapiler, warna kulit, sianosis dan kehangatan distal. R/ mengetahui gangguan arteri dan vena.
4. Implementation 1. Memberikan panadol 500 mg 3 kali sehari. 2. Mengkaji skala nyeri 0-10, pasien ada diskala 6. 3. Mengukur tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 75 kali/ menit, Suhu 36 derajat celcius. 4. Melakukan pemasangn spalk/ bidai dengan elastis verban. 5. Menganjurkan klien rileksasi dan menarik nafas panjang bila nyeri datang. 6. Mengobservasi nadi perifer area yang sakit dan membandingkan dengan yang sehat. 7. Mengkaji warna kulit, sianosis dan kehangatan distal.
Note book : Untuk kompres dingin tidak dilakukan karena area yang sakit ditutup elastis verban dan ketidaktersediaan es/ air dingin.
5. Evaluation - Tanda-tanda vital dalam bats normal TD 110/70 mmHg, Nadi 75 kali/ menit, Suhu 36 derajat celcius. - Verbalisasi nyeri berkurang. - Klien rileks dan dapat tidur/ istirahat. - Mendemonstrasikan tehnik rileksasi. - Aliran darah perifer baik dan kulit hangat. - Menunjukan tehnik untuk memungkinkan melakukan aktifitas
1.INI MERUPAKAN SEBAGIAN KECIL DARI PADA TUGAS-TUGAS YANG SAYA KERJAKAN PERTAMA KALI SAYA KULIAH DI UPH KARAWACI TANGERANG, MOHON MAAF JIKA PENULISANNYA TIDAK RAPI.
2. SOPIAN JUGA MENERIMA HOME VISITING/HOME CARE (panggilan ke rumah)UNTUK SEGALA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN & KOLABORASI DENGAN MEDIS UNTUK MELAKSANANKAN TINDAKAN : PEMASANGAN INFUS, PEMBERIAN OBAT LEWAT INJEKSI, PEMASANGAN SELANG MAKAN LEWAT HIDUNG (NGT), SELANG KENCING (CATHETER), PERAWATAN LUKA, DAN TINDAKAN-TINDAKAN LAINNYA.SAYA BEKERJA DI ACCIDENT & EMERGENCY SILOAM HOSPITAL KEBON JERUK SEJAK 20 SEPTEMBER 2000, KARENA BASIC SAYA SPK/ SEKOLAH PERAWAT KESEHATAN LULUS TAHUN 1999 DAN LULUS AKADEMI KEPERAWATAN "Swakarsa" JAKARTA TAHUN 2002 SERTA SAYA SEKARANG KULIAH DI SCHOOL OF NURSING UPH KARAWACI MENGAMBIL GELAR SARJANA.
1 komentar:
CASE STUDY BIOMEDICAL SCIENCE & NURSING
Pak Asep adalah pria berumur 68 tahun yang baru masuk bangsal tempat anda bekerja melalui unit gawat darurat tiga hari yang lalu dengan diagnosis gagal ventrikel kiri yang akut. Satu jam berselang sejak anda mulai dinas, ia mengalami sesak nafas dan mengeluh ada rasa berat yang tidak nyaman pada dadanya. Anda melakukan pengamatan berikut :
·Frekuensi jantung 122 kali permenit dan tidak teratur,
·Frekuensi pernafasan 26 kali permenit,
·Kulit dingin dan lembap,
·SpO2 90 % pada 8 liter oksigen masker wajah sederhana).
·Temperature 37,6 derajat celcius
·Krekels bilateral yang menyebar luas terdengar pada asukultasi dada.
·Tekanan vena juguler (jvp) yang meningkat.
·Nyeri dada dibagian pusat dengan nilai 6/10
1.Mendiskusikan penyebab timbul gejala dan perubahan tanda-tanda vital pada pak Asep
a.Frekuensi pernafasan meningkat
Peningkatan frekuensi pernafasan terjadi akibat dari tahanan di left atrium (normalnya : 10-12 mmHg), menyebabkan tekanan hidrostatik di paru meningkat melewati 18 mmHg sehingga terjadi transudasi cairan di pembuluh darah paru, hal ini membuat lumen bronkus berkurang, lalu aliran udara terganggu yang membuat pertukaran gas di alveoli terganggu yang akhirnya menyebabkan sesak nafas dan nafas berbunyi saat ekspirasi.
b.Rasa tidak nyaman di dada
Hal ini disebabkan penurunan cardiac output (CO) sehingga perfusi coroner juga menurun dan terjadi peningkatan kerja myocardial, hal ini mengakibatkan metabolisme aerob menjadi anaerob yang menghasilkan peningkatan asam laktat sehingga menyebabkan hipoksia
c.Frekuensi jantung meningkat sampai dengan 122 kali permenit dan tidak teratur
(normalnya 60-100 kali/menit & teratur)
Peningkatan ini disebabkan oleh ventrikel kiri yang gagal dalam memompakan darah ke sirkulasi sistemik untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga darah yang di kirim berkurang, lalu terjadi kompensasi dengan mengaktifkan system syaraf simpatis yang memerintahkan jantung agar mempercepat kerjanya supaya kekurangan di jaringan terpenuhi (Suddart, B, 2002)
Peningkatan frekuensi jantung bisa juga akibat dari penurunan volume sekuncup sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan peningkatan curah jantung, frekuensi jantung juga meningkat. (Price, 2006).
d.Kulit lembab dan dingin
Pada gagal ventrikel kiri menyebabkan stroke volume menurun sehingga cardiak output dan blood pressure juga menurun yang mengakibatkan perfusi darah ke perifer berkurang sehingga oksigen yang di kirim juga berkurang, karena darah lebih di fokuskan untuk mempertahankan perfusi organ vital seperti jantung dan otak. Berkurangnya perfusi ke perifer, membuat tubuh melakukan kompensasi dengan melakukan vasokontriksi dan peningkatan heart rate, maka terjadilah kulit dingin dan lembab.
e.Temperature 37, 6◦c
Peningkatan suhu tubuh yang terjadi sebagai bentuk respon implamatory tubuh (system imunity) akibat adanya cairan dialveoli atau penyebab lain, seperti : lung oedema, myocardial infarction sehingga terjadi peningkatan neurohormonal dengan mengaktivasi suhu tubuh.
f.Peningkatan JVP
Gagal jantung kiri menyebabkan peningkatan arteri pulmonal sehingga aliran darah ke pulmonal terganggu, sedangkan tekanan diventrikel kanan semakin meningkat sehingga secara normal tekanan turun dari atrium kanan. Peningkatan tekanan atrium kanan, membuat tekanan dari system aliran vena tidak tertampung baik dari bagian atas maupun bagian bawah, hal inilah yang membuat tekanan vena jugularis meningkat, acites dan perifer edema.
g.Bunyi nafas krekels
Bunyi krekels akibat gagal jantung yang berhubungan dengan akibat nyeri ischemia sering mengakibatkan krekels yang secara khas bunyi krekels mula- mula terdengar pada basis akibat efek gravitasi pada kumpulan cairan dan ventilasi pada jaringan tetapi lama-lama bisa berkembang ke seluruh lapangan paru.
h.SpO2 90 %
Penurunan kadar SpO2 akibat terjadinya peningkatan cairan di interstitial alveoli dan kapiler yang menyebabkan difusi terganggu.
2.Mendiskusikan mekanisme kompensasi yang terjadi sebagai upaya menghemat curah jantung pada gagal ventrikel kiri yang akut dan pertimbangan mekanisme ini berpengaruh pada suplai dan kebutuhan oksigen miokardial.
Mekanisme frank starling
Penurunan kontaksi ventrikel kiri menyebabkan isi sekuncup menurun di bandingkan dengan normal dan setiap kenaikan isi sekuncup menuntut kenaikan akhir diastolic dibandingkan normal, penurunan isi sekuncup mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak sempurna sewaktu jantung berkontraksi sehingga volume darah menumpuk dalam ventrikel hal tersebut di atas bekerja sebagai mekanisme konpensasi karena kenaikan beban awal (volume akhir diastolic) merangsang isi sekuncup yang lebih besar pada kontraksi berikutnya yang membantu pengosongan ventrikel kiri yang membesar.
Hipertropi ventrikel
Hipertropi Ventrikel ini terjadi akibat stress pada dinding ventrikel yang meningkat, yang disebabkan oleh dilatasi atau beban akhir yang tinggi yang kemudian akan terus terus merangsang pertumbuhan hipertropi ventrikel dan kenaikan masa ventrikel. Peningkatan ketebalan dinding ventrikel adalah suatu mekanisme konpensasi untuk mengurangi stress dinding dan peningkatan masa serabut otot membantu memelihara kekuatan kontraksi ventrikel, hal ini diharapkan dapat meningkatkan cardiac output dan memelihara perfusi jaringan jantung.
Aktifasi neuro hormonal
Mekanisme kompensasi ini mencakup system syaraf andrenergik, system rennin angiotensis, dan peningkatan produksi hormone anti diuretic.
Ø Mekanisme system saraf andrenergik, kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan curah jantung yang kemudian dirasakan oleh reseptor-reseptor di sinus karotis dan arkus aorta sebagai suatu penurunan perfusi. Reseptor-reseptor ini lalu mengurangi laju pelepasan rangsang sebanding dengan penurunan tekanan darah, rangsangnya dihantarkan melalui saraf cranial IX dan X kepusat pengendalian kardiovaskular di medulla akibatnya arus simpatik kejantung dan sirkulasi perifer meningkat, dan tonus parasimpatis berkurang sehingga terjadi peningkatan debar jantung, peningkatan kontraktilitas ventrikel dan vasokonstriksi pada vena-vena dan arteri sistemik hal ini membantu meningkatkan tekanan pembuluh perifer sehingga membantu memelihara tekanan darah dan menyebabkan aliran darah diredistribusi kea lat-alat vital (jantung dan otak) dan dikurangi kekulit organ-organ splanknik dan ginjal. Sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke miokardial terpenuhi.
-System rennin angiotensin, system ini diaktivasi untuk merangsang sekresi rennin dari sel-sel junkstaglomerular untuk melakukan penurunan perfusi arteri renalis sehubungan dengan curah jantung yang rendah, dan rennin bekerja pada angiotensin dalam sirkulasi menjadi angiotensin I yang kemudian diubah dengan cepat oleh enzim pengubah angiotensin menjadi angiotensin II. Sehingga meningkatkan tahanan perifer total dan memelihara tekanan darah sistemik yang pada akhirnya meningkatkan curah jantung dan perfusi jaringan.
-Hormone anti diuretic
Pada gagal jantung sekresi hormone ini meningkat oleh kelenjar hipofisis posterior, berperan untuk meningkatkan volume intra vaskuler yang meningkatkan curah jantung.
Meskipun ketiga mekanisme kompensasi yang sudah diuraikan diatas pada awalnya bermanfaat pada akhirnya dapat membuat keadaan menjadi buruk. Peningkatan volume sirkulasi dan aliran balik vena ke jantung busa memperburuk bendungan pada vascular paru sehingga memperberat keluhan akibat kongesti paru. Peninggian tahanan arteriol meningkatkan beban akhir dimana jantung yang sudah payah harus berkontraksi, sehingga pada akhirnya isi sekuncup dan curah jantung menjadi lebih berkurang. Oleh karena itu maka terapi dengan obat-obatan harus disesuaikan untuk meringankan mekanisme kompensasi neurohormonal ini.
→ Mengidentifikasi dua intervensi yang dapat diimplementasikan untuk mengurangi kebutuhan oksigen pada kasus diatas, jelaskan mekanisme kerja untuk tiap intervensi yang diidentifikasi.
Tata laksana gagal jantung didasarkan pada usaha untuk menentukan diagnosis yang tepat, menyingkirkan kelainan yang menyerupai gagal jantung, sambil memberikan pengobatan untuk mengurangi keluhan. Tindakan pengobatan pada gagal jantung ditujukan pada berbagai aspek yaitu mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi kelebihan cairan dan garam, melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyebab, faktor pencetus dan kelainan yang mendasari.
Intervensi pertama yang harus dilakukan pada gagal jantung adalah tirah baring dengan posisi semi fowler untuk mengurangi beban kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah, dengan berbaring akan merangsang diuresis karena berbaring akan memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga mengurangi kerja otot pernafasan, frekuensi jantung menurun yang akan memperpanjang periode diastole pemulihan sehingga memperbaiki efisiensi kontraksi jantung. (Suddarth. B, 2002) tirah baring dengan posisi semi fowler akan menurunkan aliran balik vena ke jantung dan paru berkurang, mempermudah ekspansi pada paru sehingga memudahkan dalam oksigenisasi. Dalam tirah baring lakukan perubahan posisi tiap dua jam, dan latihan tungkai untuk memperbaiki tonus otot sehingga membantu aliran balik vena ke jantung.
Intervensi yang kedua adalah dengan meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahan-bahan farmakologis serta menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretic, diet dan istirahat. Karena diuretic adalah dasar farmakologis gagal jantung dengan pemberian terapi tersebut akan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung, meningkatkan curah jantung, menurunakan vena dan volume darah serta dengan diuretik akan meningkatkan diuresis yang mengeluarkan cairan dan mengurangi edema pulmonary, diuretic diberikan juga untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal dan sangat penting agar dapat mendilatasi vena sehingga meningkatkan kapasitas vena yang akhirnya akan mengurangi preload yaitu darah vena yang akan kembali ke jantung. Terapi farmako lainnya adalah glikosida jantung dan vasodilator, glikosida jantung ini disebut juga yang mempunyai cara kerja sebagai berikut, kerja inotropik positip yaitu meningkatkan kontraksi moikardium jantung yang kedua adlah kerja kronotropik negative yaitu memperlambat denyut jantung yang ketiga adalah dromotropik negative mengurangi hantaran sel-sel jantung pemberian obat golongan ini diharapkan dapat meningkatkan kontraktilitas miokardium sehingga meningkatkan kerja jantung, perifer, dan ginjal dengan meningkatkan curah jantung, mengurangi preload, memperbaikialiran darah perifer dan ginjal mengurangi edema, dan meningkatkan ekskresi cairan. Pemberian vasodilaror sangat penting diberikan karena untuk mengurangi tekanan terhadap penyemburan oleh ventrikel, memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventikel kiri dapat diturunkan dan penurunan kongesi paru dapat dicapai. Dalam pemberian terapi yang harus diperhatikan dari perawat adalah pasien diawasi dengan tepat dan dosis harian juga harus tepat sesuai dengan batas jumlah obat yang dapat dimetabolisme dan ekskresi. Pantau adanya gejala-gejala seperti perubahan irama jantung, bradikardi dan takikardi. Dalam pemberian diuresis pada pagi hari agar tidak mengganggu istirahat pasien, catat intake dan output dan lakukan pemeriksaan elektrolit berkala untuk observasi adanya hipokalemia dan hiponatremia.
→ Edema pulmoner yang terjadi akibat gagal ventrikel kiri akan memengaruhi hubungan antara perfusi dan ventilasi serta berdampak pada perfusi organ akhir perifer.
Mekanisme terjadinya edema pulmoner diakibatkan karena peningkatan tekanan akhir diastole ventrikel kiri dan peningkatan tekanan vena pulmonal yang meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru yang mengakibatkan cairan berembes keluar yang kemudian mengakibatkan ketidakmampuan ventrikel kiri untuk memompa atau tidak lagi mampu mempertahankan zat yang terkandung didalamnya. Cairan mula-mula serosa dan kemudian mengandung darah lolos kejaringan alveoli disekitarnya melalui hubungan antara bronkioli dan bronchi, cairan ini kemudian bercampur dengan udara dan terkocok selama pernafasan dan dikeluarkan melalui mulut dan hidung. Karena adanya timbunan cairan, paru menjadi kaku dan paru tidak dapat mengembang dan udara tidak dapat masuk akibatnya adalah hipoksia dan dapat juga mengakibatkan hipoksia pada jaringan perifer dikarenakan terjadinya penurunan curah jantung sehingga suplai darah kejaringan menurun hal tersebut akibat dari peningkatan suplai darah ke organ vital seperti jantung dan otak. Sehingga kompensasi vasokontriksi pada perifer yang dapat mengakibatkan kulit lembab dingin karena sianosis.
- penyebab umum dari pulmonary edema adalah gagal jantung ketika ventrikel kiri gagal memompa darah keseluruh tubuh akan meyebabkan tekanan pengisian kepada ventrikel kiri meningkat dan menyebabkan peningkatkan tekanan hidrostatik kapileri pulmonal yang dapat mengakibatkan pengeluaran tekanan onkotik yang menyebabkant cairan keluar keruang interstisial ( ruangan didalam alveolar septum diantara alveolus dan kapileri) apabila cairan ini keluar kekapilaris maka akan menyebabkan pulmonary edema.
PENERAPAN TELENURSING ( PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN JARAK JAUH ) MENJELANG INDONESIA SEHAT 2010
SOPIAN HADI
50220060023
SCHOOL OF NURSING
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2008
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Ditengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, keperawatan sebagai sebuah profesi di tuntut untuk mempertahankan dan meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dengan pelayanan yang cepat, efisien dan efektif dan mengedepankan perkembangan kemajuan teknologi informasi kesehatan, karena keberhasilan pembangunan kesehatan sangat menentukan tercapainya pembangunan nasional. Apalagi di tengah persaingan pada era globalisasi, sumber daya manusia yang sehat sangat menunjang keberhasilan program pelayanan kesehatan dan mendorong peningkatan produktifitas dan pendapatan peduduk. Untuk mencapai itu semua masyarakat dapat mempergunakan teknologi yang banyak digunakan masyarakat saat ini yaitu internet. Apalagi pengguna internet di Indonesia semakin banyak, menurut data Aliansi Jurnalis Independent Indonesia (AAJII), akhir tahun 2007 diperkirakan mencapai 30 juta juta pengguna dan pada tahun 2010 bisa mencapai angka 57,8 juta pengguna, sebuah angka yang fantastis. Disamping itu juga menurut depkes (1999) visi Indonesia sehat 2010 yang telah dirumuskan adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang maju di tandai dengan penduduknya hidup dan berprilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan adil serta memiliki derajat kesehatan yang tinggi.(Martono, N, 2006)
Penggunaan teknologi internet banyak memberikan keuntungan, salah satu manfaat internet yang dapat digunakan, adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh).
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaaan teknologi informasi dan telkomunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. (International Council of Nurses, 2001)
B.Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari pada paper ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi mata ajaran Professional Issue in Nursing dan alasan penulis memilih judul Telenursing adalah karena tertariknya penulis pada judul diatas dengan mengacu pada tingginya angka pengguna internet di Indonesia serta usaha untuk mencapai visi Dep Kes tahun 1999 tentang Indonesia sehat 2010.
BAB II PEMBAHASAN
Kemajuan didalam bidang teknologi informasi dan telekomunikasi adalah pelayanan revolusi pendidikan global, termasuk kemajuan pelayanan keperawatan. Peningkatan pelayanan keperawatan tidak lepas dari kemajuan teknologi. Tetapi apakah peningkatan pelayanan keperawatan melalui transmisi elektronik mengangkat praktik dari pada keperawatan? Atau praktik keperawatan hanya terjadi bila mana menggambarkan kontak fisik dari pasien? Penulis mencoba membahas tentang salah satu praktik yang menggunakan teknologi telekomunikasi yaitu telenursing ( pelayanan asuhan keperawata jarak jauh).
A.Telenursing dan defenisi
a.Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikaasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien dengan menggunakan gelombang elektromagnetik ( gelombang magnetic, radio, dan optic) dalam mentransmisi sinyal komunikasi suara, data dan video, atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik dan optic antara manusia dan atau computer. ( international council of nursing, 2001)
b.Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan, dimana ada jarak yang jauh secara fisik antar perawat dan pasien atau antara beberapa perawat sebagai bagian dari telehealth dan beberapa bagian terkecil dengan aplikasi bidang medis dan non medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring (Martono N, 2007).
c.Telenursing adalah component dari telehealth, aplikasi dari teknologi informasi dan telkomunikasi untuk diagnostic dan pelayanan pengobatan, pendidikan pelayanan pendukung dan organisasi dan manajemen dari pelayanan kesehatan termasuk manajemen informasi kesehatan dan decision support systems. (Australian Nursing & Midwifery Council, 2002)
d.National council of state boards of nursing mendefinisikan telenursing sebagai pemberian praktik dari keperawatan jarak jauh dengan menggunakan teknologi telekomunikasi.
e.Sedangkan kesimpulan menurut penulis, telenursing adalah bagian dari pelayanan kesehatan dimana ada jarak yang jauh antara pasien dan perawat dan berhubungan melalui teknologi informasi dan telekomunikasi (internet, telephone, video conference, dll) didalam memberikan asuhan keperawatan.
B.Aplikasi telenursing di praktek keperawatan
Perkembangan telenursing dibanyak negara, saat ini sangat pesat, hal ini dampak dari mahalnya biaya pelayanan kesehatan, jarak yang jauh dengan pelayanan kesehatan, penyakit kronis yang memerlukan perawatan lama serta lanjut usia serta penyebaran pelayanan kesehatan yang tidak merata. Sama halnya telemedicine yang telah luas perkembnangannya di beberapa negara maju, telenursing juga telah lama di terapkan di beberapa negara seperti Amerika serikat, Canada , Australia dan inggris. Pada tahun 1999 pengembangan telenursing di Amerika serikat telah dianjurkan oleh (American Nurses Association), di mana AS merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan tenaga perawat untuk pasien rawat inap di rumah (home care), dimana 36% peningkatan kebutuhan tenaga perawat home care dalam 7 tahun mendatang dapat ditanggulangi dengan telenursing, sedangkan di Inggris 15% pasien yang dirawat inap dirumah (home care) memerlukan teknologi telekomunikasi dan hasil study menunjukkan sejumlah negara di eropa sebagian besar pasiennya mendapatkan pelayanan telekomunikasi di rumah dengan menggunakan telenursing, dengan cara perawat secara rutin dapat menggunakan videp conference, internet untuk merawat pasien dengan tirah baring, penyakit kronik (chronic obstruktif pulmonary diseases) dan pasien post operasi yang memerlukan perawatan luka, seperti tracheostomy dan ostomi, dan dalam keadaan normal, perawat hanya mampu merawat 5 sampai 7 orang, meningkat menjadi 12-16 orang dengan memanfaatkan fasilitas telenursing. (Martono, N. 2006).
Selain penerapan di rumah, telenursing juga dapat di terapkan di rumah sakit dengan mengurangi kedatangan pasien di ruang unit gawat darurat, penerapan lain adalah model hotline/call centre yang dikelola oleh organisasi profesi keperawatan untuk mentriage pasien dan di terapkan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan / telekonsultasi keperawatan dan membantu dokter dalam mengimplementasikan tindakan medis. Di AS, penerapan telenursing di rumah merupakan bentuk aplikasi yang sangat pesat, dengan telenursing perawat dapat memonitor tekanan darah, kadar gula darah serta tanda-tanda vital pasien, sedangkan media konsultasi yang dapat di gunakan adalah videoconference, dengan demikian pasien dapat berkonsulatsi tentang cara mengukur tekanan darah, mengatur posisi pasien seperti posisi duduk atau setengah duduk.
C.Telenursing dan keuntungannya
Melihat penerapannya di lapangan, telenursing memberikan keuntungan seperti efektif dan efisiensi dari segi pembiayaan karena masa rawat inap yang singkat atau pasien tidak perlu lagi datang ke rumah sakit, poliklinik dan dokter karena telenursing dapat menjangkau wilayah yang sangat luas tanpa batas geografis dan cocok untuk bangsa Indonesia yang luas serta terdiri dari beribu - ribu pulau dari sabang sampai merauke.
Telenursing juga dapat di gunakan di bidang pendidikan keperawatan (model pembelajaran jarak jauh) yaitu melalui video conference online learning, pembelajaran multimedia jarak jauh. Tetapi di Indonesia belum berkembang seperti di negara - negara maju seperti Amerika dan Australia, baru Universitas Gajah Mada yang menerapkan model pembelajaaran jarak jauh ini yaitu melalui E-learning yang ada disemua fakultas, sebagai contoh : perawatan luka bisa dilihat di e-lisa UGD dengan terlebih dahulu menjadi anggota http://elisa.ugm.ac.id/comm_view.php? kebutuhan_dasar_man, atau model pembelajaran keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan UPN Veteran Jakarta melalui http://www.belajarakeperawatan.com/. (Martono. N, 2006).
Keuntungan lain penggunaan telenursing adalah menghindari kontak langsung dengan pasien sehingga dapat meminimalkan resiko infeksi nasokomial, karena seperti kita ketahui sekarang banyak penyakit menular yang penularannya sangat cepat dan mudah melaui kontak langsung yaitu salah satunya hepatitis C. Bagaimana dengan home care? walaupun home care di Indonesia belum menggunakan telenursing tetapi hanya melalui kunjungan rumah dalam arti kata perawat akan mendatangi rumah pasien untuk dilakukan perawatan langsung dan tidak menggunakan teknologi canggih, media yang digunakan hanya telepon, hal ini biasa penulis lakukan yaitu setelah ada permintaan baik dari rumah sakit maupun dari permintaan pasien langsung untuk dilakukan perawatan dirumah, anggap contohnya perawatan luka gangren diabetikum, secara rutin penulis akan melakukan perawatan luka satu kali sehari sampai dengan luka sembuh. Menurut penulis home care seperti ini bisa di kembangkan menjadi pelayanan jarak jauh (telenursing), apalagi sekarang di Indonesia ada fasilitas telepon 3G yang dapat menampilkan gambar pada saat terjadinya percakapan walaupun gambar yang di sajikan dalam ukuran kecil dan kurang jelas, tetapi hal ini bisa di jadikan bahan contoh praktik dari perawatan kesehatan, apalagi sekarang sudah tersedianya fasilitas video conference.
Semua ini bisa berjalan jika dapat dukungan dari organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) agar home care yang telah berjalan dapat di tingkatkan lagi menggunakan teknologi yang lebih canggih.
D.Telenursing dan kerugiannya
Pengunaan dari pada telenursing harus dipertimbangkan dengan matang, jika di lihat dari segi penyedia layanan (PPNI), penggunaan telenursing memerlukan biaya yang besar karena tidak hanya pengaturan jaringan tetapi juga pelaporan aktual dari jaringan, Sedangkan dari segi penerima layanan (pasien), disamping harus mempunyai dana, juga harus mempunyai keterampilan dan mampu mengoperasikan computer serta ketersediaannya akses jaringan, karena banyak daerah di Indonesia yang belum bisa di jangkau computer/ internet.
E.Telenursing dan isu legalitas, kerahasiaan dan keamaan informasi
Dibanyak negara, termasuk negara bagian Amerika serikat, praktek telenursing di larang karena perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki licensi di setiap tindakan dan pasien yang menerima telenursing harus bersifat lokal, ini bertujuan utnuk menghindari malpraktik perawat antar negara bagian, walaupun demikian isu tentang malpraktek telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya, karena didalam memberikan pelayanan keperawatan jarak jauh diperlukan kebijakan dan standar operasional prosedur (SOP), etik dan professionalisme, keamaanan, kerahasiaan pasien untuk tidak mempublikasikan tentang dirinya dan ada jaminan tentang informasi yang diberikan.
Apakah asuhan keperawatan jarak jauh tanpa ada sentuhan tangan perawat dan hanya dengan komunikasi telekonference/ videoconference sudah dapat dikatakan asuhan keperawatan yang legal? Menurut pemikiran penulis dalam telenursing perawat tetap menggunakan pengetahuan, skill, pertimbangan dan pemikiran kritis terhadap tindakan yang di berikan dan adanya pengambilan keputusan yang membuat telenursing menjadi legal.
Jadi jika telenursing di terapkan di Indonesia dan mendapat legalitas dari organisasi profesi (PPNI), maka ini akan menjadi peluang kerja yang baik bagi perawat, apalagi jika kita melihat data yang diberikan oleh CIA world fact book, pada tahun 2004 saja jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 238,452,952 orang jiwa. (wikipedia, 2004)
Demikian pula peningkatan jumlah penguna internet yang begitu pesat, maka tidak mustahil telenursing dapat berkembang dan di terapkan di Indonesia, dengan tujuan agar pelayanan asuhan keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di Indonesia dapat mengimbangi perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran menjelang Indonesia sehat 2010.
BAB III KESIMPULAN
Peningkatan pengguna internet di Indonesia yang mencapai angka 30 juta dan diperkirakan pada 2010 mencapai 57,8 juta pengguna serta visi Indonesia sehat 2010 agar masyarakat hidup, berprilaku dan memiliki derajat kesehatan yang tinggi serta dapat menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan yang merata, maka penerapan telenursing merupakan hal yang mungkin terjadi, karena beberapa negara maju seperti Amerika serikat telenursing telah mendapat legalisasi dari Amerika Nursing Association (ANA) dan telenursing merupakan solusi mengatasi permintaan home care yang mencapai angka 36 % dalam 7 tahun mendatang. (Martono, N. 2006)
Telenursing adalah bagian dari pelayananan kesehatan, dimana ada jarak yang jauh antara perawat dan pasien dan asuhan keperawatan diberikan melaui teknologi informasi dan telekomunikasi yaitu internet, video konference, dan lain-lain. Telenursing dapat diterapkan di rumah seperti home care, rumah sakit dan model online atau call center. Telenursing mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya efektif dan efisiensi dari segi pembiayaan, walaupun tidak lepas dari kerugiannya karena di butuhkan akses/ jaringan, keterampilan menggunakan computer serta materi, dan yang mejadi isu adalah aspek legal, kerahasiaan/ keamanan informasi yang diberikan oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
American Nursing Association. (2000). Telehealth : issue for nursing. Retrieved April 01, 2008, from http://www.nursingworld.com/mainmenucategories/HealthPolicyIssues/Report/ANA Principles/NursingStaffing/telehealth.ospx
Australian Nursing Midwifery Council. (2006). Guideline on Nursing. Retrieved February 28, 2008, from http://nursingsa.com/nursing_overseas.php-37k
Freegard, H. (2007). Ethical Practice for health professionals. Australia : Thomson
International Council of Nursing. (2001). International professional standards for telenursing program. Retrieved February 28, 2008, from http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm
Martono, N. (2006). Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) "Alternatif asuhan keperawatan Indonesia menjelang Indonesia sehat 2010". Retrieved February 28, 2008, from http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=news&file=print&sid=71
The National Council of State Boards of Nursing. (2000). Position paper on telenursing: A challenge to regulation. Retrieved February 28, 2008, from http://ppn.sagepub.com/cgi/content/ abstract/1/2/85
Wikipedia. (2004). Daftar negara menurut jumlah penduduk. Retrieved April 07, 2008, from http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_jumlah_penduduk
ANALISA PERISTIWA KLINIS
PASIEN DENGAN FRAKTUR TERTUTUP 1/3 DISTAL RADIUS KANAN
SOPIAN HADI
50220060023
School of Nursing
UPH Karawaci Tangerang
2007
ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR RADIUS
I.PENGERTIAN
Fraktur radius adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang radius dan ulna. Fraktur terjadi jika tulang terkena stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. ( Brunner & Suddart).
II.JENIS FRAKTUR
a.Fraktur komplit : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.Fraktur tidak komplit : patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
c.Fraktur tertutup : kulit tidak robek
d.Fraktur terbuka : fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai kepatahan tulang.
e.Greenstick : fraktur dengan salah satu sisi tulang patah, sedangkan sisi yang lain membengkak.
f.Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
g.Kominutif : fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
h.Depresi : fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedepan.
i.Kompresi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (tulang belakang).
j.Patologik : terjadi pada tulang oleh ligament tendo atau daerah perlekatannya.
III.ETIOLOGI
a. Trauma
b. Gerakan pintir mendadak.
c. Kontraksi otot extreme
d. Keadaan patologik : osteoporosis, neoplasma
IV.PATOFIOLOGI
Trauma mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan tulang sehingga terjadi perubahan/ kerusakan jaringan sekitar : terjadi spasme otot, tekanan sumsum tulang belakang lebih tinggi dari kapiler, arteri dan vena terputus yang menyebabkan peningkatan tekanan kapiler menyebabkan perdarahan ( pelepasan histamine dan katekolamin sehingga fungsi plasma hilang dan memobilisasi asam lemak dimana akan terjadi kehilangan volume cairan, edema bergabung dengan trombosit, emboli, penekanan dan penyumbatan pembuluh darah akan terjadi penurunan perfusi jaringan.
1. Pengkajian
1. Pengkajian dokter
Tn “A”, umur 14 tahun naik motor menabrak trotoar, sakit pergelangan tangan kanan, nyeri paha, pipi, bibir dan hidung kiri, tidak ada pingsan dan tidak ada amnesia, tidak muntah, pasien ingat kejadian sampai di bawa ke Siloam Hospital Kebon Jeruk Jakarta.
TD 110/70 mmHg, HR 75 x/ menit, RR 18 x / menit dan Suhu 36,5 derajat celcius.
2. Pengkajian Perawat
Pada tanggal 04 September 2007 sekitar pukul 20.30 wib datang pasien Tn “A”, 14 tahun, agama islam, pelajar saat mengendarai motor menabrak trotoar, saat kejadian pasien pakai helm.
Subjektif :
o Pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kanan.
o Mengeluh nyeri bahu kiri dan paha kiri.
o Mengeluh nyeri di dahi, bibir dan hidung kiri.
o Mengatakan tidak pingsan, tidak muntah, dapat menceritakan kronologis kejadian.
Objektif :
TD 110/70 mmHg, HR 75 kali/ menit, suhu 36 derajat celcius, RR 18 kali/ menit. Keterbatasan gerak, bengkak pergelangan tangan kanan, skala nyeri 6 ( nyeri mengganggu), nyeri bahu /dada kiri atas karena benturan dan nyeri bila di tekan, ekspresi wajah meringis tapi tidak menangis, luka lecet di dahi kiri 2x5 cm, luka robek di bibir atas 3x3 cm di jahit dengan 6 jahitan, luka di hidung 2x1 cm, luka di paha kiri 10x15 cm, pengisian kapiler < 2 detik, nadi bagian distal kuat dan teratur dan tidak ada kesemutan. Glassgow Coma Scale 15, Kekuatan otot tangan dan kaki kiri 5, kaki kanan 5 dan tangan kanan 2 karena ada fraktur di pergelangannya.ECG normal, CT Scan kepala normal, X- ray antebrachi ada fraktur tertutup radius 1/3 distal radius kanan.
Note book :
- Seharusnya menurut penulis perlu dilakukan x-ray pada dada kiri atas karena ada bengkak, takut menggerakkan dan sakit bila digerakkan tapi dokter ruangan tidak tahu dan pengkajian mereka kurang, baru setelah saya beritahu mereka melakukan x-ray dan ternyata ada fracture.
- Masalah keperawatan yang membuat klien dirawat adalah karena perlu penanganan patah tulang 1/3 distal radius kanan tertutup dimana rencananya dokter orthopedic akan melakukan pemasangan gips, tidak dilakukan operasi karena bentuk luka yang rata.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri pergelangan tangan kanan berhubungan dengan spasme otot dan terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan menurunnya aliran darah karena edema berlebihan.
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fractur dan kerusakan rangka neuromusculer.
3. Planning
1. Pemberian analgetik panadol tablet 500 mg
R/ untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Kaji skala nyeri 0-10
R/ untuk mengetahui skala nyeri dan kebutuhan pemberian analgetik.
3. Observasi tanda-tanda vital
R/ hipertensi akibat respon dari nyeri dan hipotensi maupun takikardi akibat dari kehilangan darah.
4. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan pemasangan spalk/ bidai.
R/ untuk meminimalkan nyeri dan mengurangi cidera.
5. Anjurkan klien rileks dan menarik nafas panjang bila nyeri datang.
R /mengalihkan rasa nyeri dan mengurangi ketegangan.
6. Lakukan kompres dingin selama 24-48 jam pertama.
R/ untuk mengurangi edema.
7. Observasi kualitas nadi perifer antar yang sakit dan yang sehat.
R/ untuk mengetahui adanya cedera vascular.
8. Kaji aliran kapiler, warna kulit, sianosis dan kehangatan distal.
R/ mengetahui gangguan arteri dan vena.
4. Implementation
1. Memberikan panadol 500 mg 3 kali sehari.
2. Mengkaji skala nyeri 0-10, pasien ada diskala 6.
3. Mengukur tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, Nadi 75 kali/ menit, Suhu 36 derajat celcius.
4. Melakukan pemasangn spalk/ bidai dengan elastis verban.
5. Menganjurkan klien rileksasi dan menarik nafas panjang bila nyeri datang.
6. Mengobservasi nadi perifer area yang sakit dan membandingkan dengan yang sehat.
7. Mengkaji warna kulit, sianosis dan kehangatan distal.
Note book :
Untuk kompres dingin tidak dilakukan karena area yang sakit ditutup elastis verban dan ketidaktersediaan es/ air dingin.
5. Evaluation
- Tanda-tanda vital dalam bats normal TD 110/70 mmHg, Nadi 75 kali/ menit, Suhu 36 derajat celcius.
- Verbalisasi nyeri berkurang.
- Klien rileks dan dapat tidur/ istirahat.
- Mendemonstrasikan tehnik rileksasi.
- Aliran darah perifer baik dan kulit hangat.
- Menunjukan tehnik untuk memungkinkan melakukan aktifitas
1.INI MERUPAKAN SEBAGIAN KECIL DARI PADA TUGAS-TUGAS YANG SAYA KERJAKAN PERTAMA KALI SAYA KULIAH DI UPH KARAWACI TANGERANG, MOHON MAAF JIKA PENULISANNYA TIDAK RAPI.
2. SOPIAN JUGA MENERIMA HOME VISITING/HOME CARE (panggilan ke rumah)UNTUK SEGALA TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN & KOLABORASI DENGAN MEDIS UNTUK MELAKSANANKAN TINDAKAN : PEMASANGAN INFUS, PEMBERIAN OBAT LEWAT INJEKSI, PEMASANGAN SELANG MAKAN LEWAT HIDUNG (NGT), SELANG KENCING (CATHETER), PERAWATAN LUKA, DAN TINDAKAN-TINDAKAN LAINNYA.SAYA BEKERJA DI ACCIDENT & EMERGENCY SILOAM HOSPITAL KEBON JERUK SEJAK 20 SEPTEMBER 2000, KARENA BASIC SAYA SPK/ SEKOLAH PERAWAT KESEHATAN LULUS TAHUN 1999 DAN LULUS AKADEMI KEPERAWATAN "Swakarsa" JAKARTA TAHUN 2002 SERTA SAYA SEKARANG KULIAH DI SCHOOL OF NURSING UPH KARAWACI MENGAMBIL GELAR SARJANA.
Posting Komentar